Serial Pertama (1): Aktif
Berjamaah
Oleh: Marjuki
Widyaiswara LPMP dan Ketua IGI Jawa Timur
Banyak yang dapat kita urai untuk menakar apakah puasa kita, ibadah
kita selama bulan ramadhan diterima atau tidak? Pertanyaan ini yang bisa
menjawab hanyalah diri kita masing-masing. Ini adalah pertanyaan sangat
individual. Orang lain tidak akan tahu, andaikan ada merasa merasa tahu, itu
karena sok tahu. Diri sendirilah yang paling bisa menakar keberhasilannya.
Mengapa hal ini perlu kita lakukan? Kita belajar muhasabah. Kita
diberi akal pikiran untuk mencoba menghitung dampak dari amal kita sendiri selama
bulan ramadhan. Kita jangan sampai termasuk orang yang merugi. Bulan ramadhan
dibilang bulan kawah candradimuka. Bulan penggemblengan. Bagaimana hasilnya? Mungkin
kita tidak tahu persis hanya Allah SWT yang paling, tahu karena Allah Maha
Tahu. Paling tidak kita bisa melihat dampak dari penggemblengan tersebut. Banyak
prilaku kita yang dapat dijadikan penanda (indicator) keberhasilan saat
berlatih di kawah candradimuka bulan ramadhan.
Selama bulan ramadhan kita semangat beribadah. Dengan harapan kita
dapat meningkatkannya di bulan yang mulia ini. Kita abaikan rasa lapar. Kita abaikan
rasa haus. Kita abaikan rasa kantuk. Kita berburu beramal sholih untuk mencari
keridhoan Allah SWT. Kita tidak peduli pagi, siang, sore, malam, bahkan dini
hari. Yang penting tenaga, pikiran, harta untuk perjuangan di jalan Allah. Semua
diniatkan lillahi ta’ala (karena Allah semata). Bukan untuk orang lain (pamrih
manusia). Semua orang berlomba dengan cara sendiri mencari ridlo-Nya di bulan
pemuh berkah.
Dalam bulan ramadhan kita semangat sholat berjamaah. Jika sampai di
masjid lebih awal merasa senang. Merasa senang karena bisa sholat tahiyatal
masjid, bisa ‘itikaf, bisa sholat sunnah rawatif. Datang di masjid minimal sebelum
Imam bertakbir. Hal ini dilaksanakan sedapat mungkin di tengah kesibukan kerja.
Lebih-lebih sebagai Aparatul Sipil Negara (ASN). Dalam kepadatan pekerjaan
masih bisa sholat berjamaah. Hal ini merupakan prestasi yang luar biasa. Merupakan
perjuangan yang tidak mudah, memerlukan kerja keras, kerja ikhlas, dan
keputusan yang tepat untuk bisa menyempatlkan sholat berjamaah. Terdengan suara
adzan langsung bergegas mengambil air wudhu bukan sebaliknya.
Kadang timbul pertanyaan. Mengapa ibadah termasuk sholat di bulan
ramadhan terasa ringan dan menyenangkan? Jawabannya tidak selalu sama. Setiap
individu jawabannya bisa berbeda-beda. Mereka memiliki alasan tersendiri sampai bisa sholat
berjamaah dengan ringan dan senang. Bisa jadi karena motivasi pahala. Jika ibadah
sunnah diberi pahala seperti ibadah wajib. Apalagi yang wajib pasti lebih besar
lagi. Mungkin juga saat beribadah merasa dilihat Allah sehingga
bersungguh-sungguh. Ada juga saat sholat merasa bisa berkomunikasi dengan Allah
SWT. Hal ini merupakan alasan yang luar biasa. Apa pun yang dilakukan demi
mencari ridlo Allah SWT. Alasan yang luar biasa tersebut membuat mereka semangat
dan senang sholat berjamaah.
Jika pembiasaan sholat berjamaah berhasil tentu saja akan membentuk
karakter yang kuat. Karakter kuat ini menjadi energy positif untuk beribadah
setelah bulan ramadhan. Hal inilah yang akan kita perjuangkan. Mampukah kita
mempertahankan kebiasaan yang baik selama bulan ramadhan untuk
diimplementasikan di bulan-bulan berikutnya? Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di
dalam Shahihnya,”Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, ‘Amal
apakah yang paling dicintai Allah?’. Maka beliau menjawab,”Yaitu yang paling
kontinyu, meskipun hanya sedikit.” Beliau juga bersabda, “Bebanilah diri kalian
dengan amal-amal yang mampu untuk kalian kerjakan.” (HR. Bukhari dalam Kitab
ar-Riqaq).
Melihat
hadits tersebut jelas bahwa Allah SWT sangat menyukai amal ibadah yang
dilaksanakan secara kontinyu secara istiqamah walapun sedikit. Ibadah apa pun
yang kita kerjakan walaupun tidak banyak tetapi secara istiqamah, amal ini
paling disukai Allah SWT. Misalnya selama bulan ramadhan kita rajin sholat
dhuhah dua rakaat. Kita sholat witir tiga rakaat, sholat rawatib dua rakaat. Pertanyaannya,
mampukah kita menjaga, memelihara ibadah kita yang sedikit rakaatnya secara
istiqamah di bulan berikutnya? Hanya kita yang dapat menjawabnya.
Gresik, 23 Juni 2018
To be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar