Halaman

Sabtu, 23 Juni 2018

MENAKAR KEBERHASILAN IBADAH RAMADHAN


Serial Pertama (1): Aktif Berjamaah

Oleh: Marjuki
Widyaiswara LPMP dan Ketua IGI Jawa Timur

Banyak yang dapat kita urai untuk menakar apakah puasa kita, ibadah kita selama bulan ramadhan diterima atau tidak? Pertanyaan ini yang bisa menjawab hanyalah diri kita masing-masing. Ini adalah pertanyaan sangat individual. Orang lain tidak akan tahu, andaikan ada merasa merasa tahu, itu karena sok tahu. Diri sendirilah yang paling bisa menakar keberhasilannya.

Mengapa hal ini perlu kita lakukan? Kita belajar muhasabah. Kita diberi akal pikiran untuk mencoba menghitung dampak dari amal kita sendiri selama bulan ramadhan. Kita jangan sampai termasuk orang yang merugi. Bulan ramadhan dibilang bulan kawah candradimuka. Bulan penggemblengan. Bagaimana hasilnya? Mungkin kita tidak tahu persis hanya Allah SWT yang paling, tahu karena Allah Maha Tahu. Paling tidak kita bisa melihat dampak dari penggemblengan tersebut. Banyak prilaku kita yang dapat dijadikan penanda (indicator) keberhasilan saat berlatih di kawah candradimuka bulan ramadhan.

Selama bulan ramadhan kita semangat beribadah. Dengan harapan kita dapat meningkatkannya di bulan yang mulia ini. Kita abaikan rasa lapar. Kita abaikan rasa haus. Kita abaikan rasa kantuk. Kita berburu beramal sholih untuk mencari keridhoan Allah SWT. Kita tidak peduli pagi, siang, sore, malam, bahkan dini hari. Yang penting tenaga, pikiran, harta untuk perjuangan di jalan Allah. Semua diniatkan lillahi ta’ala (karena Allah semata). Bukan untuk orang lain (pamrih manusia). Semua orang berlomba dengan cara sendiri mencari ridlo-Nya di bulan pemuh berkah.

Dalam bulan ramadhan kita semangat sholat berjamaah. Jika sampai di masjid lebih awal merasa senang. Merasa senang karena bisa sholat tahiyatal masjid, bisa ‘itikaf, bisa sholat sunnah rawatif. Datang di masjid minimal sebelum Imam bertakbir. Hal ini dilaksanakan sedapat mungkin di tengah kesibukan kerja. Lebih-lebih sebagai Aparatul Sipil Negara (ASN). Dalam kepadatan pekerjaan masih bisa sholat berjamaah. Hal ini merupakan prestasi yang luar biasa. Merupakan perjuangan yang tidak mudah, memerlukan kerja keras, kerja ikhlas, dan keputusan yang tepat untuk bisa menyempatlkan sholat berjamaah. Terdengan suara adzan langsung bergegas mengambil air wudhu bukan sebaliknya.

Kadang timbul pertanyaan. Mengapa ibadah termasuk sholat di bulan ramadhan terasa ringan dan menyenangkan? Jawabannya tidak selalu sama. Setiap individu jawabannya bisa berbeda-beda. Mereka  memiliki alasan tersendiri sampai bisa sholat berjamaah dengan ringan dan senang. Bisa jadi karena motivasi pahala. Jika ibadah sunnah diberi pahala seperti ibadah wajib. Apalagi yang wajib pasti lebih besar lagi. Mungkin juga saat beribadah merasa dilihat Allah sehingga bersungguh-sungguh. Ada juga saat sholat merasa bisa berkomunikasi dengan Allah SWT. Hal ini merupakan alasan yang luar biasa. Apa pun yang dilakukan demi mencari ridlo Allah SWT. Alasan yang luar biasa tersebut membuat mereka semangat dan senang sholat berjamaah.


Jika pembiasaan sholat berjamaah berhasil tentu saja akan membentuk karakter yang kuat. Karakter kuat ini menjadi energy positif untuk beribadah setelah bulan ramadhan. Hal inilah yang akan kita perjuangkan. Mampukah kita mempertahankan kebiasaan yang baik selama bulan ramadhan untuk diimplementasikan di bulan-bulan berikutnya? Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya,”Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, ‘Amal apakah yang paling dicintai Allah?’. Maka beliau menjawab,”Yaitu yang paling kontinyu, meskipun hanya sedikit.” Beliau juga bersabda, “Bebanilah diri kalian dengan amal-amal yang mampu untuk kalian kerjakan.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq).


Melihat hadits tersebut jelas bahwa Allah SWT sangat menyukai amal ibadah yang dilaksanakan secara kontinyu secara istiqamah walapun sedikit. Ibadah apa pun yang kita kerjakan walaupun tidak banyak tetapi secara istiqamah, amal ini paling disukai Allah SWT. Misalnya selama bulan ramadhan kita rajin sholat dhuhah dua rakaat. Kita sholat witir tiga rakaat, sholat rawatib dua rakaat. Pertanyaannya, mampukah kita menjaga, memelihara ibadah kita yang sedikit rakaatnya secara istiqamah di bulan berikutnya? Hanya kita yang dapat menjawabnya.

Gresik, 23 Juni 2018
To be continued
                                 

Tidak ada komentar: