Halaman

Sabtu, 23 Juni 2018

MENAKAR KEBERHASILAN IBADAH DI BULAN RAMADHAN

Serial 2: Senang Membaca Al Qu’an

 Oleh: Marjuki
Widyaiswara LPMP dan Ketua IGI Jawa Timur

Bulan ramadhan merupakan bulan service jiwa raga. mengapa demikian? Kita biasanya makan minum dan melakukan apa saja bebas tanpa batasan dan aturan yang ketat. Akan tetapi sejak tanggal 1 bulan ramadhan sudah mulai mengikuti aturan yang berlaku. Dalam bulan yang penuh barakah ini semua amalan ada konsekuensi yang berlipat. Oleh karena setiap orang akan berupaya keras untuk mendapatkan yang terbaik dan terbanyak. Semua amalan yang baik akan dilipatgandakan pahala atau kebaiknnya.

Namun demikian, apakah semua manusia tertarik dengan tawaran diobral pahala tersebut? Jika tertarik tentu saja tidak akan dijumpai kriminalitas di bulan ramadhan. Tidak ada lagi yang meninggalkan sholat, meninggalkan puasa. Ternyata masih bayak warung kikil, yaitu warung yang hanya tampak kaki pembeli menikmati menu yang ada. Masih banyak muslim tanpa malu-malu makan sambil berjalan-jalan di tempat umum. Masih banyak yang merokok di kendaraan angkot, merokok di warung-warung kopi pada siang hari.

Hanya sedikit yang mau memanfaatkan momen ramadhan untuk menata ulang jiwa raga yang selama ini banyak berkelepotan dosa. Salah satunya dengan membiasakan membaca Al Qur’an setiap saat. Mengapa membaca Al Qur’an? Bulan Ramadhan merupakan bulan Al-Qur`an. Pada bulan inilah Al-Qur`an diturunkan oleh Allah SWT, sebagaimana dalam firman-Nya. “bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil).” [Al-Baqarah : 185]. Di antara amal ibadah yang sangat ditekankan untuk diperbanyak pada bulan Ramadhan adalah membaca (tilawah) Al-Qur`anul Karim.  Bulan Ramadhan menjadi kesempatan untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an.  


Membaca Al-Qur’an menjadi keharusan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW. Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bacalah oleh kalian Al-Qur`an. Karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” [HR. Muslim 804]
Nabi Muhammad Saw. memerintahkan untuk membaca Al-Qur`an yang bersifat mutlak. Membaca Al-Qur`an diperintahkan pada setiap waktu dan setiap kesempatan. Lebih ditekankan lagi pada bulan Ramadhan. Nanti pada hari Kiamat, Allah subhanahu wata’ala akan menjadikan pahala membaca Al-Qur`an sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, datang memberikan syafa’at dengan seizin Allah kepada orang yang rajin membacanya. Tentu saja dalam hal ini tidak hanya membaca dan menghafal. Melainkan memaknai dengan baik dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.


Memperbanyak membaca Al Qur’an ini dikenal dengan istilah”Nderes Al Qur’an.” Nderes Al Qur’an dapat dilakukan setiap selesai sholat wajib lima waktu. Kadang ditambah habis sholat dhuhah.  Yang paling sering dilakukan secara serempak dimana pun adalah setelah sholat tarawih yang dikenal dengan istilah “Darusan.” Secara bergantian ada yang membaca dan ada yang menyimak. Kegiatan ini sangat bagus untuk pembelajaran bersama. Saling belajar membaca dengan tartil dan saling koreksi. Kebiasaan ini dapat membentuk komunitas belajar (learning community). Jika pesertanya banyak dibentuk grup-grup darusan. Minimal ada grup laki-laki dan ada grup wanita. Cara membaca waktunya bersama di satu tempat. Bisa juga dibaca apa waktu yang beda. Misalnya grup laki-laki membaca saat malam habis terawih. Grup perempuan membaca habis shubuh, dan seterusnya.

Bagi yang sudah memulai membaca Al Qur’an merasa ada kenikmatan tersendiri. Awal membaca tentunya berat. Mau membuka Al Qur’an masih menyempatkan buka Whatssap (WA). Setelah dilihat kok banyak pesan yang belum dibuka. Bahkan sampai ratusan pesan. Mau tidak dibaca tetapi mencoba grup mana yang dianggap penting. Pesannya harus dibaca setiap saat. Ketemu grup yang penting, ternyata pesannya banyak dan minta dibaca. Jika tidak dibaca tanda merahnya memanggil-manggil untuk segera dibaca. Dibaca satu, kok penting, berikutnya juga penting. Akhirnya semua harus dibaca. Tidak terasa sudah satu jam terlewatkan. Mau membaca wudhunya sudah batal. Akhirnya menunda tidak membaca dulu. Mendunda membaca Al Qur’an menjadi keterusan.

Stop!!! Berhenti membaca WA. Hari ini harus membaca Al Qur’an dulu. Membaca satu ayat rasanya tidak lancar. Lanjut ayat berikutnya juga belum lancar. Berikutnya lagi mulai lancar dan seterusnya menjadi lancar. Perasaan enak membaca Al Qur’an menjadi energi baru untuk meneruskan membaca berikutnya. Energi ini membuat betah membaca bahkan bisa ketagihan. Dari ketagiah membaca ini akan menjadi nikmat yang besar bagi pembaca dan penghafal Al Qur’an. Sebagaimana Hadis Nabi Muhammad SAW. Nikmat mampu menghafal Al Qur’an sama dengan nikmat kenabian, bedanya ia tidak mendapatkan wahyu, “Barangsiapa yang membaca (hafal) Al Quran, maka sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian, hanya saja tidak diwahyukan padanya.” (HR. Hakim). Sungguh luar biasa nikmat bagi pembaca dan penghafal Al Qur’an. Masihkan kita bermalas-masalan membaca Al Qur’an? Jika kita belum hafal dan keranjingan membaca Al Qur’an, paling tidak kita merasa senang membaca Al Qur’an pasca ramadhan. Semoga kita mendapat hidayah dan pertolongan Allah agar senang membaca Al Qur’an. Aamiiin.

Gresik, 23 Juni 2018

To be continued.

Tidak ada komentar: