Halaman

Kamis, 21 Juni 2018

MEMAKNAI HALAL BI HALAL DI LPMP JAWA TIMUR



Oleh: Marjuki
Widyaiswara LPMP & Ketua IGI Jawa Timur

Tepat tanggal 21 Juni 2018 berakhir masa cuti bersama. Kantor mulai masuk kerja. Di setiap pegawai selalu diworo-woro agar tidak telat. Jam kerja sudah kembali normal seperti hari-hari biasa. Jam kerja pegawai berbeda saat Ramadhan yang lebih pendek. Para pegawai bergegas berangkat. Seperti biasanya jam kerja pertama hampir semua jalanan padat dan macet. Walaupun demikian tidak sedikit yang terlambat.

Tepat pukul 08.00 WIB semua pegawai dan karyawan sudah memasuki Aula Gaha Wiyata. Namun acara belum juga dimulai. Sepertinya ada yang ditunggu, yaitu para pejabat dan undangan dari luar. Untung saja suasana tidak sepi karena diisi dengan lagu-lagu muansa religi, penyanyinya dari luar yang diiringi dengan elekton. Tepat pukul 08.40 WIB  acara dimulai. Suasana menjadi hening dan hidmat karena alunan ayat-ayat Al Qur’anul Karim Surat Al Imran. Semua hadirin menyimak tenang (tumaknina) mungkin meresapinya. Suara melengking menambah merinding dan sakral bacaan ayat suci Al Qur’an. Bagi orang tertentu merasa tratapan. Sesekali terdengar sahutan kata Allah.

Pukul 09.00 WIB Kepala LPMP Jawa Timur bapak Dr. H. Bambang Sesetyo, M.Pd., MM. menyampaikan rasa terima kasih kepada hadirin terutama undangan para pejabat dari jajaran Kemdikbud, yatiu Lembaga Sensor Film (LSF) yang berkantor di LPMP Jawa Timur dan mantan Pejabat LPMP serta para pensiunan pegawai LPMP Jawa Timur. Kepala LPMP Jawa Timur dengan kerendahan hati mohon maaf lahir batin. Semangat silaturrahim dan indahnya kesebersamaan dikobarkan melalui Halal Bi Halal. Dalam kesempatan tersebut Kepala LPMP menyampaikan pesan terkait dengan kisah. Dulu di Arab ada orang perempuan gila yang memintal benang menjadi pintalan yang bagus dan kuat, akan tetapi setelah itu diurai kembali menjadi benang dan dipintal  lagi dan seterusnya. Itulah orang gila.

Kisah tersebut ternyata ada dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl: 92, “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan lain. Seungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesunggguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu. Asbabun Nuzul atau sebab turunnya sayat tersebut sebagaimana diriwayatkan Ibnu Abi Hatim dari Abu Bakar bin Abi Hafs, Sa’idah al-Asadiyah adalah wanita gila, mengumpulkan rambut dan serat tanaman. Maka turunlah ayat tersebut.

Dari Ayat 92 Surat An-Nahl dapat dipetik pelajaran bahwa selama bulan Ramadhan kita telah menata hati kita, pikiran kita, sikap kita, amal kita, takwa kita dengan baik. Kita sudah merajut sedemikian rupa tanpa campur tangan syetan. Konon khabarnya selama bulan ramadhan para syeitan sedang diikat. Sikap, kepribadian, prilaku, akhlaq kita sudah terajut dengan baik, sudah terpintal dengan kuat. Jangan diurai kembali setelah ramadhan. Jangan dicerai berai lagi. Jangan dinodai lagi dengan dosa-dosa yang dianggap kecil, bisa jadi itu dosa besar. Jangan seperti orang gila sebagaimana yang dikisahkan dalam Surat An-Nahl tersebut.

Ini semua adalah tantangan dan sekaligus ujian sebagaimana dalam  petikan ayat,” Sesungguhnya Allah hanya menguji dengan hal itu (Surat An-Nahl: 92).” Selama bulan ramadhan kita banyak istighfar memohon ampun kepada Allah berharap semua dosa bisa diampuni, dicuci bersih, tidak ada noda sedikitpun. kita juga membersih diri kita dengan membayar zakat fitrah, membersihkan harta benda kita dengan membayar zakat mal zakat, membersihkan pekerjaan kita dengan membayar zakat profesi dan diakiri dengan halal bil halal, saling memberi dan meminta maaf pada sesama. Hal sangat mulia dan indah. Berharap kita bersih dari noda dan dosa secara lahir dan batin, aamin.

Gresik, 23 Juni 2018





Tidak ada komentar: