Serial 2: Senang Membaca Al Qu’an
Oleh: Marjuki
Widyaiswara LPMP dan Ketua IGI
Jawa Timur
Bulan ramadhan merupakan bulan service jiwa
raga. mengapa demikian? Kita biasanya makan minum dan melakukan apa saja bebas
tanpa batasan dan aturan yang ketat. Akan tetapi sejak tanggal 1 bulan ramadhan
sudah mulai mengikuti aturan yang berlaku. Dalam bulan yang penuh barakah ini
semua amalan ada konsekuensi yang berlipat. Oleh karena setiap orang akan
berupaya keras untuk mendapatkan yang terbaik dan terbanyak. Semua amalan yang
baik akan dilipatgandakan pahala atau kebaiknnya.
Namun demikian, apakah semua manusia
tertarik dengan tawaran diobral pahala tersebut? Jika tertarik tentu saja tidak
akan dijumpai kriminalitas di bulan ramadhan. Tidak ada lagi yang meninggalkan
sholat, meninggalkan puasa. Ternyata masih bayak warung kikil, yaitu warung
yang hanya tampak kaki pembeli menikmati menu yang ada. Masih banyak muslim tanpa
malu-malu makan sambil berjalan-jalan di tempat umum. Masih banyak yang merokok
di kendaraan angkot, merokok di warung-warung kopi pada siang hari.
Hanya sedikit yang mau memanfaatkan momen ramadhan untuk menata ulang
jiwa raga yang selama ini banyak berkelepotan dosa. Salah satunya dengan
membiasakan membaca Al Qur’an setiap saat. Mengapa membaca Al Qur’an? Bulan Ramadhan merupakan bulan Al-Qur`an. Pada bulan
inilah Al-Qur`an diturunkan oleh Allah SWT, sebagaimana dalam firman-Nya.
“bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara
yang haq dan yang bathil).” [Al-Baqarah : 185]. Di
antara amal ibadah yang sangat ditekankan untuk diperbanyak pada bulan Ramadhan
adalah membaca (tilawah) Al-Qur`anul Karim. Bulan Ramadhan menjadi kesempatan untuk
memperbanyak membaca Al-Qur’an.
Membaca Al-Qur’an menjadi keharusan, sebagaimana
sabda Rasulullah SAW. Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Bacalah
oleh kalian Al-Qur`an. Karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada Hari Kiamat kelak
sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” [HR. Muslim 804]
Nabi Muhammad Saw. memerintahkan untuk membaca Al-Qur`an yang
bersifat mutlak. Membaca Al-Qur`an diperintahkan pada setiap waktu dan setiap
kesempatan. Lebih ditekankan lagi pada bulan Ramadhan. Nanti pada hari Kiamat,
Allah subhanahu wata’ala akan menjadikan pahala membaca Al-Qur`an sebagai
sesuatu yang berdiri sendiri, datang memberikan syafa’at dengan seizin Allah
kepada orang yang rajin membacanya. Tentu saja dalam hal ini tidak hanya
membaca dan menghafal. Melainkan memaknai dengan baik dan menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Memperbanyak membaca Al Qur’an ini dikenal
dengan istilah”Nderes Al Qur’an.” Nderes Al Qur’an dapat dilakukan setiap
selesai sholat wajib lima waktu. Kadang ditambah habis sholat dhuhah. Yang paling sering dilakukan secara serempak
dimana pun adalah setelah sholat tarawih yang dikenal dengan istilah “Darusan.”
Secara bergantian ada yang membaca dan ada yang menyimak. Kegiatan ini sangat
bagus untuk pembelajaran bersama. Saling belajar membaca dengan tartil dan
saling koreksi. Kebiasaan ini dapat membentuk komunitas belajar (learning community). Jika pesertanya
banyak dibentuk grup-grup darusan. Minimal ada grup laki-laki dan ada grup
wanita. Cara membaca waktunya bersama di satu tempat. Bisa juga dibaca apa
waktu yang beda. Misalnya grup laki-laki membaca saat malam habis terawih. Grup
perempuan membaca habis shubuh, dan seterusnya.
Bagi yang sudah memulai membaca Al Qur’an
merasa ada kenikmatan tersendiri. Awal membaca tentunya berat. Mau membuka Al Qur’an
masih menyempatkan buka Whatssap (WA). Setelah dilihat kok banyak pesan yang
belum dibuka. Bahkan sampai ratusan pesan. Mau tidak dibaca tetapi mencoba grup
mana yang dianggap penting. Pesannya harus dibaca setiap saat. Ketemu grup yang
penting, ternyata pesannya banyak dan minta dibaca. Jika tidak dibaca tanda
merahnya memanggil-manggil untuk segera dibaca. Dibaca satu, kok penting,
berikutnya juga penting. Akhirnya semua harus dibaca. Tidak terasa sudah satu
jam terlewatkan. Mau membaca wudhunya sudah batal. Akhirnya menunda tidak
membaca dulu. Mendunda membaca Al Qur’an menjadi keterusan.
Stop!!! Berhenti membaca WA. Hari ini harus
membaca Al Qur’an dulu. Membaca satu ayat rasanya tidak lancar. Lanjut ayat
berikutnya juga belum lancar. Berikutnya lagi mulai lancar dan seterusnya
menjadi lancar. Perasaan enak membaca Al Qur’an menjadi energi baru untuk
meneruskan membaca berikutnya. Energi ini membuat betah membaca bahkan bisa
ketagihan. Dari ketagiah membaca ini akan menjadi nikmat yang besar bagi
pembaca dan penghafal Al Qur’an. Sebagaimana Hadis Nabi Muhammad SAW. Nikmat mampu menghafal Al Qur’an sama
dengan nikmat kenabian, bedanya ia tidak mendapatkan wahyu, “Barangsiapa yang
membaca (hafal) Al Quran, maka sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian,
hanya saja tidak diwahyukan padanya.” (HR. Hakim). Sungguh luar biasa
nikmat bagi pembaca dan penghafal Al Qur’an. Masihkan kita
bermalas-masalan membaca Al Qur’an? Jika kita belum hafal dan keranjingan
membaca Al Qur’an, paling tidak kita merasa senang membaca Al Qur’an pasca
ramadhan. Semoga kita mendapat hidayah dan pertolongan Allah agar senang
membaca Al Qur’an. Aamiiin.
Gresik, 23 Juni 2018
To be
continued.