Halaman

Sabtu, 23 Juni 2018

MENAKAR KEBERHASILAN IBADAH DI BULAN RAMADHAN

Serial 2: Senang Membaca Al Qu’an

 Oleh: Marjuki
Widyaiswara LPMP dan Ketua IGI Jawa Timur

Bulan ramadhan merupakan bulan service jiwa raga. mengapa demikian? Kita biasanya makan minum dan melakukan apa saja bebas tanpa batasan dan aturan yang ketat. Akan tetapi sejak tanggal 1 bulan ramadhan sudah mulai mengikuti aturan yang berlaku. Dalam bulan yang penuh barakah ini semua amalan ada konsekuensi yang berlipat. Oleh karena setiap orang akan berupaya keras untuk mendapatkan yang terbaik dan terbanyak. Semua amalan yang baik akan dilipatgandakan pahala atau kebaiknnya.

Namun demikian, apakah semua manusia tertarik dengan tawaran diobral pahala tersebut? Jika tertarik tentu saja tidak akan dijumpai kriminalitas di bulan ramadhan. Tidak ada lagi yang meninggalkan sholat, meninggalkan puasa. Ternyata masih bayak warung kikil, yaitu warung yang hanya tampak kaki pembeli menikmati menu yang ada. Masih banyak muslim tanpa malu-malu makan sambil berjalan-jalan di tempat umum. Masih banyak yang merokok di kendaraan angkot, merokok di warung-warung kopi pada siang hari.

Hanya sedikit yang mau memanfaatkan momen ramadhan untuk menata ulang jiwa raga yang selama ini banyak berkelepotan dosa. Salah satunya dengan membiasakan membaca Al Qur’an setiap saat. Mengapa membaca Al Qur’an? Bulan Ramadhan merupakan bulan Al-Qur`an. Pada bulan inilah Al-Qur`an diturunkan oleh Allah SWT, sebagaimana dalam firman-Nya. “bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil).” [Al-Baqarah : 185]. Di antara amal ibadah yang sangat ditekankan untuk diperbanyak pada bulan Ramadhan adalah membaca (tilawah) Al-Qur`anul Karim.  Bulan Ramadhan menjadi kesempatan untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an.  


Membaca Al-Qur’an menjadi keharusan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW. Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bacalah oleh kalian Al-Qur`an. Karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” [HR. Muslim 804]
Nabi Muhammad Saw. memerintahkan untuk membaca Al-Qur`an yang bersifat mutlak. Membaca Al-Qur`an diperintahkan pada setiap waktu dan setiap kesempatan. Lebih ditekankan lagi pada bulan Ramadhan. Nanti pada hari Kiamat, Allah subhanahu wata’ala akan menjadikan pahala membaca Al-Qur`an sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, datang memberikan syafa’at dengan seizin Allah kepada orang yang rajin membacanya. Tentu saja dalam hal ini tidak hanya membaca dan menghafal. Melainkan memaknai dengan baik dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.


Memperbanyak membaca Al Qur’an ini dikenal dengan istilah”Nderes Al Qur’an.” Nderes Al Qur’an dapat dilakukan setiap selesai sholat wajib lima waktu. Kadang ditambah habis sholat dhuhah.  Yang paling sering dilakukan secara serempak dimana pun adalah setelah sholat tarawih yang dikenal dengan istilah “Darusan.” Secara bergantian ada yang membaca dan ada yang menyimak. Kegiatan ini sangat bagus untuk pembelajaran bersama. Saling belajar membaca dengan tartil dan saling koreksi. Kebiasaan ini dapat membentuk komunitas belajar (learning community). Jika pesertanya banyak dibentuk grup-grup darusan. Minimal ada grup laki-laki dan ada grup wanita. Cara membaca waktunya bersama di satu tempat. Bisa juga dibaca apa waktu yang beda. Misalnya grup laki-laki membaca saat malam habis terawih. Grup perempuan membaca habis shubuh, dan seterusnya.

Bagi yang sudah memulai membaca Al Qur’an merasa ada kenikmatan tersendiri. Awal membaca tentunya berat. Mau membuka Al Qur’an masih menyempatkan buka Whatssap (WA). Setelah dilihat kok banyak pesan yang belum dibuka. Bahkan sampai ratusan pesan. Mau tidak dibaca tetapi mencoba grup mana yang dianggap penting. Pesannya harus dibaca setiap saat. Ketemu grup yang penting, ternyata pesannya banyak dan minta dibaca. Jika tidak dibaca tanda merahnya memanggil-manggil untuk segera dibaca. Dibaca satu, kok penting, berikutnya juga penting. Akhirnya semua harus dibaca. Tidak terasa sudah satu jam terlewatkan. Mau membaca wudhunya sudah batal. Akhirnya menunda tidak membaca dulu. Mendunda membaca Al Qur’an menjadi keterusan.

Stop!!! Berhenti membaca WA. Hari ini harus membaca Al Qur’an dulu. Membaca satu ayat rasanya tidak lancar. Lanjut ayat berikutnya juga belum lancar. Berikutnya lagi mulai lancar dan seterusnya menjadi lancar. Perasaan enak membaca Al Qur’an menjadi energi baru untuk meneruskan membaca berikutnya. Energi ini membuat betah membaca bahkan bisa ketagihan. Dari ketagiah membaca ini akan menjadi nikmat yang besar bagi pembaca dan penghafal Al Qur’an. Sebagaimana Hadis Nabi Muhammad SAW. Nikmat mampu menghafal Al Qur’an sama dengan nikmat kenabian, bedanya ia tidak mendapatkan wahyu, “Barangsiapa yang membaca (hafal) Al Quran, maka sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian, hanya saja tidak diwahyukan padanya.” (HR. Hakim). Sungguh luar biasa nikmat bagi pembaca dan penghafal Al Qur’an. Masihkan kita bermalas-masalan membaca Al Qur’an? Jika kita belum hafal dan keranjingan membaca Al Qur’an, paling tidak kita merasa senang membaca Al Qur’an pasca ramadhan. Semoga kita mendapat hidayah dan pertolongan Allah agar senang membaca Al Qur’an. Aamiiin.

Gresik, 23 Juni 2018

To be continued.

MENAKAR KEBERHASILAN IBADAH RAMADHAN


Serial Pertama (1): Aktif Berjamaah

Oleh: Marjuki
Widyaiswara LPMP dan Ketua IGI Jawa Timur

Banyak yang dapat kita urai untuk menakar apakah puasa kita, ibadah kita selama bulan ramadhan diterima atau tidak? Pertanyaan ini yang bisa menjawab hanyalah diri kita masing-masing. Ini adalah pertanyaan sangat individual. Orang lain tidak akan tahu, andaikan ada merasa merasa tahu, itu karena sok tahu. Diri sendirilah yang paling bisa menakar keberhasilannya.

Mengapa hal ini perlu kita lakukan? Kita belajar muhasabah. Kita diberi akal pikiran untuk mencoba menghitung dampak dari amal kita sendiri selama bulan ramadhan. Kita jangan sampai termasuk orang yang merugi. Bulan ramadhan dibilang bulan kawah candradimuka. Bulan penggemblengan. Bagaimana hasilnya? Mungkin kita tidak tahu persis hanya Allah SWT yang paling, tahu karena Allah Maha Tahu. Paling tidak kita bisa melihat dampak dari penggemblengan tersebut. Banyak prilaku kita yang dapat dijadikan penanda (indicator) keberhasilan saat berlatih di kawah candradimuka bulan ramadhan.

Selama bulan ramadhan kita semangat beribadah. Dengan harapan kita dapat meningkatkannya di bulan yang mulia ini. Kita abaikan rasa lapar. Kita abaikan rasa haus. Kita abaikan rasa kantuk. Kita berburu beramal sholih untuk mencari keridhoan Allah SWT. Kita tidak peduli pagi, siang, sore, malam, bahkan dini hari. Yang penting tenaga, pikiran, harta untuk perjuangan di jalan Allah. Semua diniatkan lillahi ta’ala (karena Allah semata). Bukan untuk orang lain (pamrih manusia). Semua orang berlomba dengan cara sendiri mencari ridlo-Nya di bulan pemuh berkah.

Dalam bulan ramadhan kita semangat sholat berjamaah. Jika sampai di masjid lebih awal merasa senang. Merasa senang karena bisa sholat tahiyatal masjid, bisa ‘itikaf, bisa sholat sunnah rawatif. Datang di masjid minimal sebelum Imam bertakbir. Hal ini dilaksanakan sedapat mungkin di tengah kesibukan kerja. Lebih-lebih sebagai Aparatul Sipil Negara (ASN). Dalam kepadatan pekerjaan masih bisa sholat berjamaah. Hal ini merupakan prestasi yang luar biasa. Merupakan perjuangan yang tidak mudah, memerlukan kerja keras, kerja ikhlas, dan keputusan yang tepat untuk bisa menyempatlkan sholat berjamaah. Terdengan suara adzan langsung bergegas mengambil air wudhu bukan sebaliknya.

Kadang timbul pertanyaan. Mengapa ibadah termasuk sholat di bulan ramadhan terasa ringan dan menyenangkan? Jawabannya tidak selalu sama. Setiap individu jawabannya bisa berbeda-beda. Mereka  memiliki alasan tersendiri sampai bisa sholat berjamaah dengan ringan dan senang. Bisa jadi karena motivasi pahala. Jika ibadah sunnah diberi pahala seperti ibadah wajib. Apalagi yang wajib pasti lebih besar lagi. Mungkin juga saat beribadah merasa dilihat Allah sehingga bersungguh-sungguh. Ada juga saat sholat merasa bisa berkomunikasi dengan Allah SWT. Hal ini merupakan alasan yang luar biasa. Apa pun yang dilakukan demi mencari ridlo Allah SWT. Alasan yang luar biasa tersebut membuat mereka semangat dan senang sholat berjamaah.


Jika pembiasaan sholat berjamaah berhasil tentu saja akan membentuk karakter yang kuat. Karakter kuat ini menjadi energy positif untuk beribadah setelah bulan ramadhan. Hal inilah yang akan kita perjuangkan. Mampukah kita mempertahankan kebiasaan yang baik selama bulan ramadhan untuk diimplementasikan di bulan-bulan berikutnya? Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya,”Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, ‘Amal apakah yang paling dicintai Allah?’. Maka beliau menjawab,”Yaitu yang paling kontinyu, meskipun hanya sedikit.” Beliau juga bersabda, “Bebanilah diri kalian dengan amal-amal yang mampu untuk kalian kerjakan.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq).


Melihat hadits tersebut jelas bahwa Allah SWT sangat menyukai amal ibadah yang dilaksanakan secara kontinyu secara istiqamah walapun sedikit. Ibadah apa pun yang kita kerjakan walaupun tidak banyak tetapi secara istiqamah, amal ini paling disukai Allah SWT. Misalnya selama bulan ramadhan kita rajin sholat dhuhah dua rakaat. Kita sholat witir tiga rakaat, sholat rawatib dua rakaat. Pertanyaannya, mampukah kita menjaga, memelihara ibadah kita yang sedikit rakaatnya secara istiqamah di bulan berikutnya? Hanya kita yang dapat menjawabnya.

Gresik, 23 Juni 2018
To be continued
                                 

Kamis, 21 Juni 2018

MEMAKNAI HALAL BI HALAL DI LPMP JAWA TIMUR



Oleh: Marjuki
Widyaiswara LPMP & Ketua IGI Jawa Timur

Tepat tanggal 21 Juni 2018 berakhir masa cuti bersama. Kantor mulai masuk kerja. Di setiap pegawai selalu diworo-woro agar tidak telat. Jam kerja sudah kembali normal seperti hari-hari biasa. Jam kerja pegawai berbeda saat Ramadhan yang lebih pendek. Para pegawai bergegas berangkat. Seperti biasanya jam kerja pertama hampir semua jalanan padat dan macet. Walaupun demikian tidak sedikit yang terlambat.

Tepat pukul 08.00 WIB semua pegawai dan karyawan sudah memasuki Aula Gaha Wiyata. Namun acara belum juga dimulai. Sepertinya ada yang ditunggu, yaitu para pejabat dan undangan dari luar. Untung saja suasana tidak sepi karena diisi dengan lagu-lagu muansa religi, penyanyinya dari luar yang diiringi dengan elekton. Tepat pukul 08.40 WIB  acara dimulai. Suasana menjadi hening dan hidmat karena alunan ayat-ayat Al Qur’anul Karim Surat Al Imran. Semua hadirin menyimak tenang (tumaknina) mungkin meresapinya. Suara melengking menambah merinding dan sakral bacaan ayat suci Al Qur’an. Bagi orang tertentu merasa tratapan. Sesekali terdengar sahutan kata Allah.

Pukul 09.00 WIB Kepala LPMP Jawa Timur bapak Dr. H. Bambang Sesetyo, M.Pd., MM. menyampaikan rasa terima kasih kepada hadirin terutama undangan para pejabat dari jajaran Kemdikbud, yatiu Lembaga Sensor Film (LSF) yang berkantor di LPMP Jawa Timur dan mantan Pejabat LPMP serta para pensiunan pegawai LPMP Jawa Timur. Kepala LPMP Jawa Timur dengan kerendahan hati mohon maaf lahir batin. Semangat silaturrahim dan indahnya kesebersamaan dikobarkan melalui Halal Bi Halal. Dalam kesempatan tersebut Kepala LPMP menyampaikan pesan terkait dengan kisah. Dulu di Arab ada orang perempuan gila yang memintal benang menjadi pintalan yang bagus dan kuat, akan tetapi setelah itu diurai kembali menjadi benang dan dipintal  lagi dan seterusnya. Itulah orang gila.

Kisah tersebut ternyata ada dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl: 92, “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan lain. Seungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesunggguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu. Asbabun Nuzul atau sebab turunnya sayat tersebut sebagaimana diriwayatkan Ibnu Abi Hatim dari Abu Bakar bin Abi Hafs, Sa’idah al-Asadiyah adalah wanita gila, mengumpulkan rambut dan serat tanaman. Maka turunlah ayat tersebut.

Dari Ayat 92 Surat An-Nahl dapat dipetik pelajaran bahwa selama bulan Ramadhan kita telah menata hati kita, pikiran kita, sikap kita, amal kita, takwa kita dengan baik. Kita sudah merajut sedemikian rupa tanpa campur tangan syetan. Konon khabarnya selama bulan ramadhan para syeitan sedang diikat. Sikap, kepribadian, prilaku, akhlaq kita sudah terajut dengan baik, sudah terpintal dengan kuat. Jangan diurai kembali setelah ramadhan. Jangan dicerai berai lagi. Jangan dinodai lagi dengan dosa-dosa yang dianggap kecil, bisa jadi itu dosa besar. Jangan seperti orang gila sebagaimana yang dikisahkan dalam Surat An-Nahl tersebut.

Ini semua adalah tantangan dan sekaligus ujian sebagaimana dalam  petikan ayat,” Sesungguhnya Allah hanya menguji dengan hal itu (Surat An-Nahl: 92).” Selama bulan ramadhan kita banyak istighfar memohon ampun kepada Allah berharap semua dosa bisa diampuni, dicuci bersih, tidak ada noda sedikitpun. kita juga membersih diri kita dengan membayar zakat fitrah, membersihkan harta benda kita dengan membayar zakat mal zakat, membersihkan pekerjaan kita dengan membayar zakat profesi dan diakiri dengan halal bil halal, saling memberi dan meminta maaf pada sesama. Hal sangat mulia dan indah. Berharap kita bersih dari noda dan dosa secara lahir dan batin, aamin.

Gresik, 23 Juni 2018





Jumat, 08 Juni 2018

HAKIKAT MENCUCI MOBIL DI BULAN RAMADHAN


Oleh:
Drs. Marjuki, M.Pd.
Widyaiswara LPMP Jawa Timur
Ketua IGI Wilayah Jawa Timur





Merawat mobil tidak ada bedanya dengan merawat tubuh. Cuma berbeda dari frekuensi dan kebutuhannya. Kita setiap hari bisa mandi minimal dua kali sehari. Bagi pekerja keras yg bercucuran keringat bisa tiga kali sehari. Demikian juga dengan jika jarang keluar rumah, nongkrong berhari-hari di garasi, tentu saja dicuci dalam waktu lama dan seperlunya saja.

Pertanyaannya, mengapa harus dicuci? Tentu saja gampang-gampang sulit untuk menjawabnya. Secara sederhana bisa saja dijawab agar bersih. Benarkah? Jika jawaban yang simpel dan praktis masih perlu dipertanyakan. Hal ini mengindikasikan perlu alternatif jawaban lebih dari satu dan masuk akal, baik secara akademis maupun teknis. Untuk bisa menjawab ini perlu dieksplore lebih dalam.

Secara akademis dapat dijelaskan bahwa mobil terus berinteraksi dengan partikulat yang ada di sekitarnya. Mobil benda padat berukuran besar dalam posisi diam dapat menarik partikulat yang dibawa udara. Partikulat berupa benda padat, cair, maupun gas. Partikulat bisa terbang terbawa udara dapat terikat dan melekat pada body mobil. Partikulat terikat tidak memilih tempat yang mana untuk melekat. Partikulat dapat pada body mengotori cat dan tampar tidak terawat. Partikulat dapat melekat pada kaca mobil. Tebalnya partikulat yang menempel sangat mengganggu pandangan dan membuat tidak nyaman.

Secara teknis, partikulat yang sudah melekat dan melekat pada semua permukaan mobil, jika tidak segera dibersihkan dapat mengakibatkan kerugian lain. Partikulat yang menempel dari berbagai wujud baik padat, cair, maupun gas akan menjadi agregat padat yang keras. Agregat yang padat keras jika dibiarkan dalam waktu lama akan menjadi padat, keras, dan tajam. Agregat yang padat, keras, dan tajam dapat menjadi bahan penggores cat dan film kaca. Cat yang gilap dan kinclong akan buram dan tergores. Goresan akan menjadi keras jika ada tekanan dari luar. Baik tekanan angin yang kencang atau mobil yang bergerak kencang. Goresan juga bisa terjadi jika benturan benda padat. Hal ini akan memperbesar terjadinya goresan.


Demikian juga pada diri kita. Tubuh kita juga perlu dicuci. Tubuh kita yang dicuci bisa seluruh permukaan tubuh kita juga bagian dalamnya. Bagian dalam tubuh kita yang perlu dibersihkan mulai dari mulut sampai perut. Bagian mulut sudah biasa dibersihkan bersamaan saat mandi. Mencuci tubuh bagian perut perlu dicuci dengan cara tersendiri.  Cara mencuci perut kita dengan berpuasa. Baik puasa Sunnah maupun wajib. Tidak sedikit orang yang tidak tahu bahkan tidak menyadari kalau puasa itu bagian upaya membersihkan kotoran, racun, zat-zat, timbunan partikulat yang merugikan kesehatan manusia.


Banyak manfaat yang dapat digali dari puasa. Ibarat pabrik, perut kita setiap hari menggiling makanan tanpa henti. Dapat dibayangkan betapa panasnya organ-organ yang ada dalam perut kita. Dengan kerja tanpa henti. Kerja tanpa jeda. Kerja tak kenal waktu akan banyak negatif yang ditimbulkannya. Dampak negatif bisa berupa aus, menurunnya fungsi fisiologis organ. Dengan kerja tanpa henti dapat membukakan penbundn produk samping yang dapat mengganggu proses produktif berikutnya. Akibat toksisitas dalam tubuh tertimbun dan sulit diurai. Dalam waktu lama sampai menahun akan menjadi penyakit yang sangat serius.

Puasa diperlukan untuk membakar lemak yang telah lama tertimbun dalam tubuh kita. Terutama bagi tubuh yang mengalami obesitas. Bahkan puasa bisa dijadikan teknik terapiyang murah meriah dan berpahala. Puasa dapat membuat perut kita longgar, tidak banyak makanan yang mengisi perut. Sebagaimana yang diajarkan nabi kita Muhammad Rasulullah SAW. Sebaiknya perut kita terbagi tiga. Sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air, dan sepertiga untuk udara. Selama ini perut kita hampir penuh untuk makanan. Terutama saat perasmanan. Jika perut penuh akan menjadi beban yang besar. Organ perut kita menjadi kwalahan dan tidak sempurnanya prosesor pencernaan. Akibatnya banyak masalah sampingan ditimbulkan.

Jadi mencuci mocuci mobil dan mencuci tubuh kita memilki kesamaan fungsi dan tujuan. Semoga makin rajin mencuci mobil dan mencuci tubuh kita. Terutama mencuci perut dengan cara berpuasa. Baik puasa Sunnah maupun puasa wajib (ramadhan).

Jumat, 01 Juni 2018

PUASA TETAP SEMANGAT WONOSOBO-TEGAL

Oleh:
Drs. Marjuki, M.Pd.
Widyaiswara LPMP Jawa Timur
Ketua IGI Wilayah Jawa Timur

Tingkatkan semangat kerja di bulan Ramadhan yg penuh berkah ini. Sekalipun lapar dan haus karena hatinya senang, puasa menjadi ringan. Perasaan senang membuat energi kita berlipat. Sambil menikmati perjalanan jauh dari Wonosobo ke Tegal tidak terasa capek dan letih. Pagi hari sudah menikmati udara segar di Candi Arjuno Dieng.

Selain udaranya segar, bebas polusi, cahaya matahari mampu menghangatkan kulit. Ini suatu keberkahan biasanya dingin dan awan berkabut. Alhamdulillah hangat dan angin gunung yg semilir. Rasanya betah di sana
Berdasarkan catatan sejarah, Kompleks Candi Arjuna merupakan candi tertua di tanah Jawa. Diperkirakan kompleks candi ini dibangun pada awal abad ke-9 Masehi. Hal ini diperkuat dengan bukti penemuan sebuah prasasti dengan aksara jawa kuno pada sekitar tahun 731 Caka (tahun 809 masehi) dan menjadi prasasti tertua yang disimpan di Galeri Museum Nasional, Jakarta.

Tidak sulit untuk menemukan lokasi kompleks Candi Arjuna yang secara geografis berada di dekat garis perbatasan wilayah Kabupaten Banjarnegara dengan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Papan nama penujuk jalan menuju Kompleks Candi Arjuna banyak terlihat di setiap sisi jalan di kawasan dataran tinggi Dieng untuk memandu para wisatawan yang hendak berkunjung ke kompleks candi peninggalan era Dinasti Sanjaya ini.

Puas di candi Arjuno, langsung bergegas ke Kawah Dieng atau dikenal dgn nama Kawah Sikidang. Kawah Sikidang juga tinggi akan kandungan sulfur atau belerang serta zat beracun lainnya. Oleh sebab itu bau gas yang keluar sangat menyengat dan beracun. Untuk itu itu, jika berwisata ke Kawah Sikidang, disarankan untuk memakai masker atau penutup mulut lainnya, disamping itu harus mematuhi rambu-rambu yang tertera di dekat kawah yang melarang pengunjung untuk menyalakan api atau membuang puntung rokok ke dalam kawah. Api yang mengenai zat-zat dari gunung berapi bisa memicu ledakan dan kebakaran.

Sekalipun bahu belerang menyengat tidak menghalangi pengunjung mendekat. Tiap hari ramai dikunjungi oleh wisatawan terutama hari Sabtu, Minggu dan hari2 libur Nasional. Selain menjadi tempat wisata juga menjadi mata pencaharian masyarakat sekitarnya. Setiap hari mobil lalu lalang mengangkut belerang padat.

Secara ekonomi masyarakat sekitar terdongkrak oleh aktivitas kawah Sikadang Dieng. Subhanallah ini karunia dari Allah SWT yang diberikan kepada masyarakat Dieng dan sekitarnya. Semoga tambah besar rasa syukurnya. Aamiiin.


Minggu, 13 Mei 2018

NGOPI SAMBIL BERLITERASI


Oleh:
Drs. Marjuki, M.Pd.
Widyaiswara LPMP Jawa Timur
Ketua IGI Wilayah Jawa Timur

Sabtu pagi merupakan hari yang indah. Langit cerah udaranya sejuk angin sumilir menerpa daun telinga kanan kiri. Tidak sengaja aku melihat sepeda gunung bertengger di sebelah beranda rumah. Sontak saja aku tergoda untuk gowes.  Aku langsung bergegas mengambil asesoris yang diperlukan untuk perjalanan kurang lebih 10 km dari Bungah rumahku dan Pasar Dukun Kabupaten Gresik. Satu per satu aku lengkapi. Mulai kaos, celana training, tas sabuk, HP, uang recehan, kacamata baca, air mineral, dan topi. Setelah asesoris lengkap aku mengambil sandal kulit sambil menuntun sepeda gunung ke luar rumah.

Dengan diiringi doa, aku gayuh sepeda pelan-pelan. Hati berbugah-bungah sambil melihat kanan kiri pemandangan yang indah. Sesekali merespon  teman yang menyapa, baik dari depan maupun belakang.
Aku menggayuh sepeda gunung dengan tenang, tidak sungkan maupun malu. Walaupun aku sudah berumur tetapi masih bisa menikmati bersepeda ria bak anak remaja yang belajar naik sepeda. Tidak peduli dengan perasan diri sendiri yang tidak pasti. Yang penting kepala ditutup topi fokus melihat ke depan tidak peduli kata orang.

Selama perjalanan sambil memperhatikan warung kopi yang berjajar sepanjang jalan. Rasanya pengen langsung mampir menikmati kopi panas sambil mbuka Grup Asosiasi Guru Menulis (AGM) yang anggota para pendekar Literasi yang gila menulis. Keinginan yang kuat untuk ngopi harus ditahan dulu karena belum sampai pasar Dukun Gresik.

Alhamdulillah setelah sampai pasar Dukun sku beli kacamata baca satu. Tujuan beli kacamata sudah terkabul tinggal tujuan berikutnya mencari warung kopi yang paling nyaman untuk berliterasi. Di tengah sawah ada warung kopi yang bisa memaksa aku mampir. Sekalipun aku harus menyeberang jalan. Apa boleh buat. Kutuntun sepedaku untuk menyeberang sambil penuh harap.

Sampai di warung kopi aku lirik kopi sasetan yang aku suka. Mata tertuju kopi jahe. Langsung saja telunjuk jari mengarah ke kopi jahe. Mbak penjaga warung kopi yang rupawan  langsung paham maksudku. Tidak lama kemudian kopinya sudah tersaji. Diiringi aroma kopi jahe sasetan, aku buka Grup AGM. Wow sudah 250 pesan yang menunggu dibaca. Pesan pertama yang aku baca adalah pesan hangat dari pak Emcho. Tentang perlu komen di grup AGM. Sontak saja baca satu per satu. Sambil berpikir apa komenku.

Aku jadi malu. Sebab selama ini hanya membaca dan terus berlalu. Betul kata saudaraku. Komenlah untuk membangun silaturrahim, menghapus gap sosial, emosional, dan untuk saling belajar dan berbagi. Dengan demikian aku memberanikan berceloteh di grup yang tersayang ini sambil menyeruput kopi jahe.