Oleh:
Drs. Marjuki, M.Pd.
Widyaiswara LPMP Jawa
Timur
Ketua IGI Wilayah
Jawa Timur
Sabtu pagi merupakan hari yang indah. Langit cerah udaranya sejuk
angin sumilir menerpa daun telinga kanan kiri. Tidak sengaja aku melihat sepeda
gunung bertengger di sebelah beranda rumah. Sontak saja aku tergoda untuk
gowes. Aku langsung bergegas mengambil
asesoris yang diperlukan untuk perjalanan kurang lebih 10 km dari Bungah
rumahku dan Pasar Dukun Kabupaten Gresik. Satu per satu aku lengkapi. Mulai
kaos, celana training, tas sabuk, HP, uang recehan, kacamata baca, air mineral,
dan topi. Setelah asesoris lengkap aku mengambil sandal kulit sambil menuntun
sepeda gunung ke luar rumah.
Dengan diiringi doa, aku gayuh sepeda pelan-pelan. Hati
berbugah-bungah sambil melihat kanan kiri pemandangan yang indah. Sesekali
merespon teman yang menyapa, baik dari
depan maupun belakang.
Aku menggayuh sepeda gunung dengan tenang, tidak sungkan maupun malu.
Walaupun aku sudah berumur tetapi masih bisa menikmati bersepeda ria bak anak remaja
yang belajar naik sepeda. Tidak peduli dengan perasan diri sendiri yang tidak
pasti. Yang penting kepala ditutup topi fokus melihat ke depan tidak peduli
kata orang.
Selama perjalanan sambil memperhatikan warung kopi yang berjajar
sepanjang jalan. Rasanya pengen langsung mampir menikmati kopi panas sambil
mbuka Grup Asosiasi Guru Menulis (AGM) yang anggota para pendekar Literasi yang
gila menulis. Keinginan yang kuat untuk ngopi harus ditahan dulu karena belum
sampai pasar Dukun Gresik.
Alhamdulillah setelah sampai pasar Dukun sku beli kacamata baca satu.
Tujuan beli kacamata sudah terkabul tinggal tujuan berikutnya mencari warung
kopi yang paling nyaman untuk berliterasi. Di tengah sawah ada warung kopi yang
bisa memaksa aku mampir. Sekalipun aku harus menyeberang jalan. Apa boleh buat.
Kutuntun sepedaku untuk menyeberang sambil penuh harap.
Sampai di warung kopi aku lirik kopi sasetan yang aku suka. Mata tertuju
kopi jahe. Langsung saja telunjuk jari mengarah ke kopi jahe. Mbak penjaga
warung kopi yang rupawan langsung paham
maksudku. Tidak lama kemudian kopinya sudah tersaji. Diiringi aroma kopi jahe
sasetan, aku buka Grup AGM. Wow sudah 250 pesan yang menunggu dibaca. Pesan
pertama yang aku baca adalah pesan hangat dari pak Emcho. Tentang perlu komen
di grup AGM. Sontak saja baca satu per satu. Sambil berpikir apa komenku.
Aku jadi malu. Sebab selama ini hanya membaca dan terus berlalu. Betul
kata saudaraku. Komenlah untuk membangun silaturrahim, menghapus gap sosial,
emosional, dan untuk saling belajar dan berbagi. Dengan demikian aku
memberanikan berceloteh di grup yang tersayang ini sambil menyeruput kopi jahe.