Halaman

Minggu, 13 Mei 2018

NGOPI SAMBIL BERLITERASI


Oleh:
Drs. Marjuki, M.Pd.
Widyaiswara LPMP Jawa Timur
Ketua IGI Wilayah Jawa Timur

Sabtu pagi merupakan hari yang indah. Langit cerah udaranya sejuk angin sumilir menerpa daun telinga kanan kiri. Tidak sengaja aku melihat sepeda gunung bertengger di sebelah beranda rumah. Sontak saja aku tergoda untuk gowes.  Aku langsung bergegas mengambil asesoris yang diperlukan untuk perjalanan kurang lebih 10 km dari Bungah rumahku dan Pasar Dukun Kabupaten Gresik. Satu per satu aku lengkapi. Mulai kaos, celana training, tas sabuk, HP, uang recehan, kacamata baca, air mineral, dan topi. Setelah asesoris lengkap aku mengambil sandal kulit sambil menuntun sepeda gunung ke luar rumah.

Dengan diiringi doa, aku gayuh sepeda pelan-pelan. Hati berbugah-bungah sambil melihat kanan kiri pemandangan yang indah. Sesekali merespon  teman yang menyapa, baik dari depan maupun belakang.
Aku menggayuh sepeda gunung dengan tenang, tidak sungkan maupun malu. Walaupun aku sudah berumur tetapi masih bisa menikmati bersepeda ria bak anak remaja yang belajar naik sepeda. Tidak peduli dengan perasan diri sendiri yang tidak pasti. Yang penting kepala ditutup topi fokus melihat ke depan tidak peduli kata orang.

Selama perjalanan sambil memperhatikan warung kopi yang berjajar sepanjang jalan. Rasanya pengen langsung mampir menikmati kopi panas sambil mbuka Grup Asosiasi Guru Menulis (AGM) yang anggota para pendekar Literasi yang gila menulis. Keinginan yang kuat untuk ngopi harus ditahan dulu karena belum sampai pasar Dukun Gresik.

Alhamdulillah setelah sampai pasar Dukun sku beli kacamata baca satu. Tujuan beli kacamata sudah terkabul tinggal tujuan berikutnya mencari warung kopi yang paling nyaman untuk berliterasi. Di tengah sawah ada warung kopi yang bisa memaksa aku mampir. Sekalipun aku harus menyeberang jalan. Apa boleh buat. Kutuntun sepedaku untuk menyeberang sambil penuh harap.

Sampai di warung kopi aku lirik kopi sasetan yang aku suka. Mata tertuju kopi jahe. Langsung saja telunjuk jari mengarah ke kopi jahe. Mbak penjaga warung kopi yang rupawan  langsung paham maksudku. Tidak lama kemudian kopinya sudah tersaji. Diiringi aroma kopi jahe sasetan, aku buka Grup AGM. Wow sudah 250 pesan yang menunggu dibaca. Pesan pertama yang aku baca adalah pesan hangat dari pak Emcho. Tentang perlu komen di grup AGM. Sontak saja baca satu per satu. Sambil berpikir apa komenku.

Aku jadi malu. Sebab selama ini hanya membaca dan terus berlalu. Betul kata saudaraku. Komenlah untuk membangun silaturrahim, menghapus gap sosial, emosional, dan untuk saling belajar dan berbagi. Dengan demikian aku memberanikan berceloteh di grup yang tersayang ini sambil menyeruput kopi jahe.